Minggu, 08 Maret 2015

Ludruk, Sejarah, Asal usul dan Perkembangannya

Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Seni ludruk muncul sebagai pengembangan dari kesenian rakyat Besutan dan Lerok dari Jombang. Seni drama Besutan dulu dipentaskan di halaman rumah dan ditonton oleh banyak orang. Saat ini kesenian Ludruk dijadikan hiburan dalam acara hajatan masyarakat Jombang dan Jawa Timur. Sejumlah tempat hiburan secara rutin mengadakan pagelaran ludruk untuk menarik minat pengunjung.

  • Sejarah Maupun Asal Usul Ludruk
Mengenai asal usul kesenian ludruk, salah satu referensi berasal dari Suripan Sari Hutomo. Dia adalah sastrawan dan budayawan yang pernah melakukan penelusuran terhadap naskah kuno dan kamus kuno untuk mengetahui bagaimana sejarah awal kesenian ludruk berkembang sebagai kebudayaan asli Nusantara.
Suripan Sadi Hutomo menyatakan bahwa kata ludruk sudah ada dalam kamus Javanansch Nederduitssch Woordenboek karya Gencke dan T Roorda, diterbitkan tahun 1847. Buku ini telah mengalami cetak ulang sebanyak empat kali dengan cetakan terakhir tahun 1901. Pada kamus cetakan keempat tersebut dijelaskan makna kata ludruk artinya Grappermarket atau badutan.
Sementara itu, W.J.S. Poerwadarminta dalam buku Baroe Sastra Djawa (artinya Kamus Sastra Jawa), tahun 1930 jilid I menerangkan makna ludruk adalah teledek (penari wanita) dan badhut (pelawak).
Menurut pendapat S. Wojowasito, bahwa kata badhut sudah dikenal oleh masyarakat Jawa Timur sejak tahun 760 Masehi di masa berdirinya Kerajaan Kanjuruhan Malang dengan rajanya Gajayana, seorang seniman tari yang meninggalkan prasasti sejarah berupa candi Badhut.
  • Perkembangan Ludruk
Ludruk saat ini merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah kelompok seniman yang menggelar pertunjukan di atas sebuah panggung. Ludruk mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain-lain. Pagelaran seni ludruk diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan suara musik dari gamelan.
Kesenian Ludruk dari Jombang, Jawa Timur berbeda dengan ketoprak dari Jawa Tengah. Cerita ketoprak sering diambil dari kisah sejarah dan dongeng dengan latar belakang kehidupan zaman dulu. Sedangkan kesenian ludruk menceritakan kehidupan masyarakat sehari-hari, biasanya dari kalangan wong cilik. Kedua jenis kesenian tradisional Jawa ini mengandung pesan moral tertentu yang ingin disampaikan kepada penonton.
Bahasa yang dipakai dalam pertunjukan kesenian ludruk merupakan artikulasi bahasa masyarakat Surabaya. Karakteristik masyarakat Surabaya dan sekitarnya tercermin dalam karakter tokoh dalam seni ludruk. Kondisi percakapan masyarakat Surabaya bersifat lugas, blak-blakan dan guyonan kasar, bahkan terkesan urakan, terefleksi dalam ludruk.
Gambaran tersebut akan memberikan pengertian kepada kita perbedaan yang ada dalam budaya Jawa, antara masyarakat Jawa Timur (Surabaya dan sekitarnya) dengan masyarakat Jawa Tengah (Surakarta dan Yogyakarta). Demikian artikel sejarah singkat asal usul kesenian Ludruk di Jawa Timur. Mudah-mudahan bisa memperkaya pengetahuan Anda dalam mempelajari budaya Indonesia.


Dikutip dari "http://agussiswoyo.net/sosial-budaya/asal-usul-kesenian-tradisional-ludruk-dari-jawa-timur/"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar